Mengenal Varietas Kopi Onan Ganjang
Ada lima varietas kopi yang ditanam petani kopi di Doloksanggul dan sekitarnya. Lima varietas tersebut yakni lasuna, lini es, sigarar utang, garunggang, dan onan ganjang. Dari kelima varietas itu, lasuna adalah yang yang paling dicari karena merupakan varietas yang pertama kali dibibitkan dan ditanam di zaman Belanda.
Kelima varietas tersebut ditanam petani dalam satu kebun. Umumnya petani tidak membedakan varietas tersebut dan menyamakannya.
Manat sendiri, sebenarnya pernah menyampaikan kepada petani untuk membedakan hasil panen kopi dari tiap pohonnya namun sulit karena petani selalu menggabungkannya.
Kelima varietas tersebut memiliki karakter yang berbeda. Peminum kopi, dapat membedakan rasanya masing-masing. Lasuna, memiliki rasa yang lebih keras dibandingkan yang lain sehingga diminati.
"Kita sampaikan ke petani, kopi dari pohon ini dibedakan karena lebih mahal, mereka nggak mau tahu. Ah, udah lah itu, sama lah itu kita gabungkan aja lah," kata Manat Samosir.
Sebagai pengusaha kopi yang sudah memiliki gudang di Jalan Raya Sidikalang tersebut, kopi yang diolahnya sudah dikirim ke Taiwan dan Amerika dalam bentuk green bean.
Mereka lebih memilih untuk meroasting sendiri ketimbang menerima yang sudah di-roasting di Doloksanggul, meskipun dengan teknologi yang sama.
Dia mengatakan, dari 100 ton yang diolahnya dalam setahun, memang jauh lebih banyak yang dikirim ke luar negeri dibandingkan yang didistribusikan ke Medan dan sekitarnya hingga ke Jakarta.
Bukan semata soal harga. Menurutnya, ini juga karena permintaan yang lebih banyak. Namun, seiring waktu menurutnya akan berubah di mana distribusi di dalam negeri akan terus bertambah.
Menurutnya, terdapat pola yang berbeda antara Taiwan dan Amerika. Taiwan, menerima green bean tanpa harus disortir dulu. Pengiriman kopi ke Taiwan sudah berlangsung sejak sepuluh tahun yang lalu. Sedangkan pengiriman ke Amerika baru dilakukan tiga tahun terakhir.
"Saya ada mitra dengan orang Amerika. Mereka mau lebih spesifik, contohnya zero sortase. Harus tidak ada yang disortir lagi. Bisa bayangkan lah tenaga untuk mensortir 10 persen dari satu kontainer, misalnya 18 ton. Ketika mensortir 10 persennya, berarti ada 1,8 ton, harus disortir di sini.
Sementara ke Taiwan tak begitu, tak apa-apa katanya, biar kami yang sortir kata mereka," ujarnya.
Dia mengaku pernah "nakal" mengenai kopi luwak dengan memelihara luwak di dalam kerangkeng lalu diberi susu dan kopi. Dia menilai, bukan itu yang dimaksud dengan kopi luwak.
"Karena menurut analisis saya, luwak hanya memakan, mana yang paling matang dan benar-benar terbaik. Ketika saya kerangkeng, mana kopi yang saya mau kan, bukan mana yang luwak mau. Di situ bedanya. Hasilnya pasti berbeda. Jadi, misalnya ketika Anda pesan kopi luwak satu ton, saya bilang sedia, maka sudah tanda tanya besar itu," katanya. (sumber)
Kelima varietas tersebut ditanam petani dalam satu kebun. Umumnya petani tidak membedakan varietas tersebut dan menyamakannya.
Manat sendiri, sebenarnya pernah menyampaikan kepada petani untuk membedakan hasil panen kopi dari tiap pohonnya namun sulit karena petani selalu menggabungkannya.
Kelima varietas tersebut memiliki karakter yang berbeda. Peminum kopi, dapat membedakan rasanya masing-masing. Lasuna, memiliki rasa yang lebih keras dibandingkan yang lain sehingga diminati.
"Kita sampaikan ke petani, kopi dari pohon ini dibedakan karena lebih mahal, mereka nggak mau tahu. Ah, udah lah itu, sama lah itu kita gabungkan aja lah," kata Manat Samosir.
Sebagai pengusaha kopi yang sudah memiliki gudang di Jalan Raya Sidikalang tersebut, kopi yang diolahnya sudah dikirim ke Taiwan dan Amerika dalam bentuk green bean.
Mereka lebih memilih untuk meroasting sendiri ketimbang menerima yang sudah di-roasting di Doloksanggul, meskipun dengan teknologi yang sama.
Dia mengatakan, dari 100 ton yang diolahnya dalam setahun, memang jauh lebih banyak yang dikirim ke luar negeri dibandingkan yang didistribusikan ke Medan dan sekitarnya hingga ke Jakarta.
Bukan semata soal harga. Menurutnya, ini juga karena permintaan yang lebih banyak. Namun, seiring waktu menurutnya akan berubah di mana distribusi di dalam negeri akan terus bertambah.
Menurutnya, terdapat pola yang berbeda antara Taiwan dan Amerika. Taiwan, menerima green bean tanpa harus disortir dulu. Pengiriman kopi ke Taiwan sudah berlangsung sejak sepuluh tahun yang lalu. Sedangkan pengiriman ke Amerika baru dilakukan tiga tahun terakhir.
"Saya ada mitra dengan orang Amerika. Mereka mau lebih spesifik, contohnya zero sortase. Harus tidak ada yang disortir lagi. Bisa bayangkan lah tenaga untuk mensortir 10 persen dari satu kontainer, misalnya 18 ton. Ketika mensortir 10 persennya, berarti ada 1,8 ton, harus disortir di sini.
Sementara ke Taiwan tak begitu, tak apa-apa katanya, biar kami yang sortir kata mereka," ujarnya.
Dia mengaku pernah "nakal" mengenai kopi luwak dengan memelihara luwak di dalam kerangkeng lalu diberi susu dan kopi. Dia menilai, bukan itu yang dimaksud dengan kopi luwak.
"Karena menurut analisis saya, luwak hanya memakan, mana yang paling matang dan benar-benar terbaik. Ketika saya kerangkeng, mana kopi yang saya mau kan, bukan mana yang luwak mau. Di situ bedanya. Hasilnya pasti berbeda. Jadi, misalnya ketika Anda pesan kopi luwak satu ton, saya bilang sedia, maka sudah tanda tanya besar itu," katanya. (sumber)
Tidak ada komentar