Rekonstruksi Suriah Ditopang Kreativitas Skema Pendanaan
Pemerintah Suriah belakangan ini semakin gencar mendorong upaya rekonstruksi pascaperang melalui berbagai jalur pendanaan. Salah satu langkah yang mencuri perhatian adalah penggunaan mekanisme crowdfund, di mana sumbangan dari pemerintah maupun individu digabungkan tanpa pembedaan status. Skema ini dianggap sebagai terobosan penting yang mampu mempercepat pemulihan infrastruktur di wilayah-wilayah terdampak.
Dalam laporan terbaru, Gubernur Rif Dimashq, Amer Sheikh, menyampaikan bahwa lewat crowdfund tersebut berhasil terkumpul dana mencapai 76 juta dolar Amerika. Jumlah ini menjadi tonggak bersejarah karena menunjukkan bahwa solidaritas warga Suriah dan jaringan perantauan masih sangat kuat. Sheikh menegaskan bahwa kontribusi itu bukan hanya uang, tetapi juga simbol kebersamaan membangun kembali negeri.
Meski dana dari crowdfund telah memberikan pijakan awal, pemerintah juga diingatkan agar tidak berhenti pada skema tunggal. Beberapa pengamat ekonomi menilai bahwa Suriah perlu membuka diri pada mekanisme investasi global yang bisa menopang pembangunan jangka panjang. Salah satunya adalah dengan mendorong investor membeli saham perusahaan konstruksi lokal, baik BUMD maupun swasta.
Langkah itu dinilai strategis karena perusahaan konstruksi Suriah sebenarnya memiliki pengalaman luas, namun terkendala modal. Dengan adanya investasi global, kapasitas perusahaan lokal bisa meningkat sekaligus menekan ketergantungan pada kontraktor asing. Hal ini sejalan dengan semangat kemandirian ekonomi yang tengah digalakkan Damaskus.
Selain skema saham, sejumlah negara yang baru bangkit dari perang memiliki pengalaman unik dalam mencari dana rekonstruksi. Salah satu contoh klasik adalah penjualan prangko edisi khusus yang menjadi barang koleksi. Prangko tersebut sering dicetak terbatas dan dijual ke kolektor internasional, menghasilkan devisa tanpa beban utang.
Model penjualan prangko ini pernah dilakukan oleh Jerman pasca-Perang Dunia II. Pemerintah setempat menerbitkan seri prangko "reconstruction" yang menjadi rebutan kolektor di seluruh dunia. Meski nilainya tidak sebesar pinjaman luar negeri, inisiatif ini mampu memberikan tambahan kas negara dengan cara elegan.
Contoh lain datang dari Korea Selatan pada era pascaperang. Negeri Ginseng kala itu mendorong penerbitan obligasi rekonstruksi yang ditawarkan ke publik, baik di dalam negeri maupun diaspora. Masyarakat membeli obligasi bukan hanya untuk keuntungan finansial, tetapi juga sebagai bentuk dukungan moral membangun bangsa.
Lebanon juga pernah menempuh cara serupa dengan menjual aset negara yang tidak lagi produktif. Gedung-gedung lama yang rusak dilelang untuk dikembangkan swasta. Hasil penjualan dialihkan untuk memperbaiki jalan raya, jembatan, dan fasilitas publik. Meski sempat menuai pro-kontra, langkah itu berhasil memobilisasi dana tanpa menambah beban hutang luar negeri.
Pengalaman Bosnia-Herzegovina menunjukkan bahwa kerja sama dengan diaspora bisa menjadi modal penting. Melalui skema remitansi terarah, warga Bosnia di luar negeri menyumbang langsung pada proyek pembangunan sekolah dan rumah sakit. Suriah bisa meniru pola ini mengingat komunitas diaspora Suriah tersebar luas di Eropa, Teluk, hingga Amerika.
Tidak ketinggalan, pengalaman Vietnam juga layak dicontoh. Setelah perang panjang, pemerintahnya membuka jalur donasi berbasis barang koleksi seperti koin edisi terbatas dan medali peringatan. Produk-produk ini dijual di pasar internasional dengan harga premium karena membawa nilai sejarah.
Suriah sebenarnya telah memiliki beberapa modal awal untuk mengembangkan skema semacam itu. Produk budaya dan sejarah Suriah sangat kaya, mulai dari cendera mata Damaskus hingga replika situs arkeologi Palmyra. Jika dikemas dengan baik, pemasaran barang koleksi ini bisa menjadi sumber dana rekonstruksi yang berkelanjutan.
Gubernur Amer Sheikh juga menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak ingin membebani rakyat dengan pajak tambahan. Oleh karena itu, jalur kreatif seperti crowdfund, obligasi rakyat, dan produk koleksi sedang dipelajari lebih lanjut. Target utamanya adalah menciptakan sistem pembiayaan yang adil, transparan, dan berdaya guna jangka panjang.
Sementara itu, kalangan akademisi di Damaskus menilai bahwa keberhasilan crowdfund sebesar 76 juta dolar hanyalah awal. Mereka berharap pemerintah pusat segera membentuk badan khusus pengelola dana rekonstruksi yang melibatkan perwakilan masyarakat, akademisi, dan diaspora. Dengan begitu, dana yang terkumpul benar-benar tersalurkan ke sektor prioritas.
Salah satu proyek prioritas adalah pembangunan sekolah, rumah sakit, dan jaringan listrik. Infrastruktur dasar ini dianggap sebagai kunci untuk mengembalikan kepercayaan rakyat. Tanpa fasilitas publik yang memadai, pertumbuhan ekonomi akan terhambat dan rekonsiliasi sosial sulit tercapai.
Selain itu, sektor perumahan juga menjadi sorotan utama. Ribuan keluarga di wilayah Rif Dimashq masih tinggal di bangunan darurat. Dengan tambahan dana dari crowdfund, pemerintah berjanji membangun kembali kompleks perumahan sederhana yang layak huni.
Kritik tetap datang dari sebagian kalangan yang menilai bahwa keterlibatan swasta harus diawasi ketat. Mereka khawatir rekonstruksi bisa berubah menjadi ajang spekulasi lahan jika tidak ada regulasi yang jelas. Pemerintah dituntut untuk menjaga keseimbangan antara menarik investasi dan melindungi kepentingan rakyat kecil.
Meski demikian, harapan tetap lebih besar dibandingkan kekhawatiran. Fakta bahwa masyarakat dan diaspora masih mau berkontribusi menjadi sinyal kuat bahwa Suriah belum kehilangan energi sosialnya. Solidaritas inilah yang disebut Gubernur Amer Sheikh sebagai fondasi utama rekonstruksi.
Ungkapan Sheikh bahwa "Rif Dimashq akan selalu makmur bersama rakyat dan sahabatnya" menjadi penegas semangat kebangkitan. Kata-kata itu bukan hanya retorika, melainkan janji bahwa pemerintah akan terus mencari cara kreatif agar rekonstruksi berjalan tanpa menambah beban rakyat.
Ke depan, Suriah akan dihadapkan pada pilihan besar: mengandalkan utang luar negeri atau terus mendorong jalur alternatif. Dengan mencontoh negara-negara lain yang berhasil bangkit tanpa ketergantungan berlebihan, peluang bagi Suriah untuk menciptakan model rekonstruksi mandiri masih terbuka lebar.
Jika crowdfund, saham konstruksi, obligasi rakyat, dan produk koleksi bisa berjalan paralel, bukan mustahil Suriah akan menjadi contoh baru bagaimana negeri yang hancur perang bisa bangkit dengan solidaritas dan kreativitas. Momentum 76 juta dolar itu bisa menjadi awal perjalanan panjang menuju pemulihan penuh.
Tidak ada komentar