Ini Tantangan Kuliah di India
ilustrasi |
Salah satu mahasiswi asal Indonesia di Aligarh Muslim University, Yasmin, mengatakan yang paling sulit adalah menghadapi cuaca. Terutama, katanya, saat musim panas dan dingin di India.
"Cuacanya ekstrem banget. Sekali panas, panas banget, dingin ya dingin banget. Itu parah banget," ucap Yasmin di KBRI New Delhi, India, Sabtu (17/9/2019).
Tantangan berikutnya, menurut Yasmin, adalah bahasa. Mahasiswa di India masih menggunakan bahasa Hindi dan Urdu sehingga ada kesulitan untuk berkomunikasi di awal dirinya mulai berkuliah.
Yasmin sebenarnya sudah menyelesaikan pendidikannya di jurusan linguistik. Yasmin mengaku bakal secepatnya kembali ke Indonesia untuk bekerja ataupun mengabdikan diri di tanah air.
"Mau kerja, mau mengabdi pada Indonesia," ujarnya.
Mahasiswi asal Indonesia lainnya, Nuur Taufiqoh, juga menyebut bahasa menjadi tantangan tersendiri. Meski rekan-rekan di kampusnya bisa berbahasa Inggris, namun tetap saja dialek atau pengucapannya sulit dimengerti.
"Aku pronounce nya mereka ya. Kan mereka Hingglish, Hindi-English jadi kita agak bingung gitu di awal-awal," ujar Nuur yang menempuh pendidikan di jurusan communicative english di Aligarh Muslim University ini.
Alumni jurusan psikologi Aligarh, Samuel, menyebut biaya kuliah di India tergolong murah. Bila di-rupiah-kan, uang kuliah selama 3 tahun untuk tingkat S1 sekitar Rp 15 juta.
"Untuk di India sih tergolong murah ya. Aku sendiri biaya selama tiga tahun untuk semuanya itu Rp 15 juta udah cukup. Kalau biaya hidup per bulan itu sekitar Rp 2,5 juta. Rp 15 juta itu semua dari semester 1 sekali bayar. Untuk di India S1-nya 3 tahun," ucap Samuel.
Duta Besar RI untuk India, Sidharto Suryodipuro, menyebut ada sekitar seribu WNI yang berada di India termasuk mahasiswa yang berkuliah di sejumlah kampus di India. Dia berharap lebih banyak lagi anak muda Indonesia yang kuliah di India, terutama di bidang teknologi yang disebutnya punya keunggulan tersendiri.
"Sebenarnya saya senang mulai datang mahasiswa-mahasiswa Indonesia ke Indian Institute of Technology. Misalnya ada sekitar 10 atau 12 mahasiswa S2 Indonesia dari Kominfo itu ke IIT Bangalore. Udah ada 1 mahasiswa Indonesia masuk ke IIT Delhi jadi di India itu setiap kota punya Indian Institute of Technology, yang paling top itu adalah di Chennai, Delhi sama Mumbai," ucap Sidharto.
Dia menyebut memang sulit untuk bisa berkuliah di kampus-kampus India. Pihak KBRI, kata Sidharto, juga berupaya untuk menjalin kerja sama di bidang-bidang tertentu yang dinilai punya keunggulan dibanding kampus-kampus di Indonesia seperti engineering, IT, manajemen keuangan dan kedokteran.
"Sektor-sektor yang India unggul. Untuk sektor-sektor unggulan tadi perlu lebih banyak orang Indonesia ke sini dan sangat affordable. Untuk institusi pendidikan terbaik itu sangat affordable," jelasnya. (sumber)
Tidak ada komentar